Jangan Remehkan Kata Hati

Hari itu.. tepatnya kamis minggu lalu…

Seorang bernama ‘wira’ memutuskan untuk mbolos kuliah, setelah mengalami kompromi singkat dengan seorang teman maka diputuskanlah wira yang membolos karena temannya gak bisa mbolos di jam itu.

Ada sesuatu yang aneh, tidak nyaman, menolak melakukan, ya.. intinya perasaan gak enak lah.

Tapi entahlah, ada kekuatan besar yang (sengaja) melawan, dan akhirnya seorang wira pun mbolos juga.

Saat itu kita (saya dan teman) pergi ke pemkot untuk suatu urusan. Teman saya ada kuliah jam setengah sepuluh dan saya ada kuliah lagi jam sebelas. Sebenarnya alias rencana awal, saya akan mbolos di jam sebelas dan teman saya mbolos di jam setengah sepuluhnya. Tetapi ternyata di jam setengah sepuluh ada absensi untuk ujian. Maka jadilah saya yang mbolos.

Jam delapan lewat lima belas menit urusan kami sudah selesai, karena terpesona dengan pemandangan taman balai kota akhirnya kita memutuskan beristirahat sejenak di bangku di bawah pohon. Cuman berdua. (Sama-sama akhwatnya kok! Tambah bahaya!)

Bercerita, saling menasehati, menghibur, banyak deh. Sampai akhirnya jam sembilanpun menyapa kita. Kembalilah kita ke tempat parkir roda dua. Menuju kampus tercinta.

Setiba di kampus, setelah menaiki puluhan anak tangga menuju lantai tiga…

“Wir, ngapain kamu gak kuliah, gak dapet kelompok lo! Tadi cuman yang hadir yang dimasukin kelompok.” seorang teman langsung berkata-kata ketika melihatku.

“Oh ya?” (jawaban yang sangat polos, kaget juga benernya)

“Tadi ibunya bilang kalo mau dapet kelompok langsung menghadap ibunya.”

“Ibunya ada gak ya di ruangannya?”

“Barusan aku kesana mau ngasiin titipan surat tapi ibunya lagi pergi. Ntar ta tak temenin kesana abis kuliah?”

“Iya deh”

Di kelas, seorang sahabat gak henti-hentinya bertanya, ngapain wir gak kuliah, gak dapet kelompok lo, kamu gak bilang-bilang sih mbolos jadinya gak tak ambilin diktat, tugas kelompknya itu buat UAS lo..30% nilai UAS, dan…..

Semakin bingung lah diriku, UAS? 30%? Waduh, iya nek UAS e apik, ibunya baek gak ya? (suara hatiku)

Sebenarnya bukan aku aja yang gak masuk hari itu, ada dua orang lagi. Yang satu ke Bali menjadi duta UKM dan yang satunya gak jelas. Akhirnya bingung lagi, menghadapnya nungguin temenku masuk atau sekarang ya.. SEKARANG! harus sekarang! Dilarang menunda-nunda! Bikin pikiran aja! (suara hatiku lagi)

Akhirnya sehabis kuliah tepatnya jam satu siang, pergilah diriku ke ruang ibunya.

Setibanya disana…

…….

“”Permisi Bu, tadi saya gak masuk kuliah, jadi saya belum dapat kelompok tugas”.

“Lo, memang kalo gak ikut kuliah saya gak dapet kelompok, kemana tadi….”

(jawabannya juga….)

“Saya sudah telat ini mbak, ada kuliah, kalo mau dapet kelompok ya harus ikut kuliah saya. Mau?”

“Ya mau Bu”

“Hari ini jam satu ato besok jam tujuh pagi”

“Skarang? diruang mana Bu?”

“Bntar..(liat kerpekan) di RK 3.3)”

“Iya Bu sekarang, terima kasih”

Berlarilah saya menuju ke mushala untuk solat (sangat tergesa-geasa)

Ya Alloh, sedang mengajari diriku apakah Engkau (suara hatiku lagi..).

Seusai solat dengan brlari langsung naik ke lantai tiga. Terlambat! Dikit! Untung ibunya belum mulai kuliah (nungguin aku kali ya!)

Perkuliahan berjalan lancar, ibunya ternyata menyenangkan. Seusai kuliah menghadap lagilah diriku ke ibunya untuk absen dan minta kelompok. Dan alhamdulillah..lancar!

Akhirnya… solat ashar bisa tenang, gak kayak yang dhuhur tadi, kayak dikejar waktu aja (ya emang!)

Seusai solat, kucoba merenung, tak mungkin suatu kejadian tanpa hikmah.

Dan kudapatkan…

Seandainya aku mbolos yang jam sebelas, maka kejadian ini tak kan menghampiriku tapi aku tidak akan mendapatkan materi biofar padahal kuliah sebelumnya dah mbolos!

Alloh itu indah.. sangat tahu, maka jadilah skenarionya, aku mbolos jam kuliah menejemen farmasi karena Dia tahu aku akan nyusul di jam satu. Jadi kalo diamati, aku gak mbolos kuliah sama sekali pada hari itu.

Sedikit pelajaran dari-Nya, indah walau sempat membuatku jantungan.

Hikmah terakhirbyanya, Mbolos juga harus pake HATI, ya.. Alloh masih baik karena ternyata ibunya masih baik dan masih ada kuliah yang bisa kuikuti, andaikan tidak..? Bayangkan? Pede amat wira meninggalkan 30 % nilai UAS. Bukankah Alloh sudah mengirimkan sinyal-sinyal lewat hatimu Wir!

HATI.. mintalah fatwa pada hatimu,…. (sebuah hadist menari-nari dalam benakku)

Wira… Syuro’! (Hiyaa…)